Senin, 30 Maret 2009

ETIKA KEPERCAYAAN DAN TANGGUNG JAWAB DALAM HUBUNGAN

Manusia adalah makhluk sosial, dimana individu yang satu dengan yang lain saling tergantung dan manusia tidak bisa menghindarkan diri dari komunikasi. Adapun pengertian dari komunikasi adalah mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan kesempatan untuk melakukan umpan balik
(DeVito, 1997:23)

Komunikasi seringkali dianggap sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Padahal tidak semua orang bisa melakukan komunikasi dengan baik. Supaya kita bisa melakukan komunikasi dengan baik, maka kita harus menerapkan prinsip-prinsip etika dalam berkomunikasi. Sebelum membahas tentang bagaimana terlebih dahulu beberapa tujuan dari komunikasi menurut DeVito, yaitu:
1. Menemukan
Hal ini menyangkut penemuan diri (personal discovery). Bila kita berkomunikasi dengan orang lain, maka secara tidak langsung kita belajar mengenali diri sendiri dan juga orang lain.
2. Untuk Berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain, membina dan memelihara hubungan dengan orang lain.
3. Untuk Meyakinkan
Sebagian besar komunikasi yang kita lakukan adalah upaya kita untuk meyakinkan maupun mengubah perilaku.
4. Untuk Bermain
Banyak perilaku komunikasi yang kita lakukan untuk bermain dan menghibur (DeVito, 1997:31-32)
Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang paling awal, dimana orang – orang yang terlihat komunikasi bisa menyatu, mengamati dan berempati satu dengan yang lain.
Menurut Hartley, aspek komunikasi antar pribadi terdiri dari:
- Pertemuan tatap muka Hubungan 2 arah
- Niat dan kehendak dari 2 pihak
- Waktu

Tahap-tahap berkembangnya suatu hubungan menurut Knapp, yaitu:
a. Kontak
Tahap pertama adalah kontak, yaitu saat dimana kita membuat kontak dengan orang lain.
b. Keterlibatan
Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh dengan seseorang, dimana kita mengikatkan diri kita untuk mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita kepada orang lain.
c. Keakraban
Pada tahap keakraban, kita mengikat diri kita lebih jauh dengan orang lain.
d. Perusakan
Tahap ini merupakan penurunan hubungan, ketika ikatan diantara kedua pihak melemah.
e. Pemutusan
Tahap ini adalah pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak.
Setiap tahapan yang ada dalam komunikasi antar pribadi akan selalu dihadapkan pada berbagai pilihan. Hal ini sesuai dengan prinsip etika, yaitu bahwa etika selalu berkaitan dengan pilihan, dimana pilihan tersebut akan membawa kita pada suatu konsekuensi.
Dalam kehidupan sehari-hari, etika diterapkan sebagai pedoman atau nilai-nilai moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Hal ini menjadi dasar seseorang untuk bertingkah laku. Dan salah satu penerapan etika dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu ketika kita memutuskan untuk menjalin hubungan persahabatan dengan seseorang yang sebelumnya tidak kita kenal. Berikut akan dibahas mengenai bagaimana etika dalam persahabatan ini dapat kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Komunikasi kita gunakan dimanapun kita berada, dan komunikasi menyentuh seluruh aspek kehidupan kita. Dengan komunikasi, akan terbentuk rasa saling mengerti yang akan menumbuhkan rasa persahabatan dan kasih sayang. Serta dengan komunikasi, juga akan menambah pengetahuan. Persahabatan merupakan salah satu bentuk hubungan pribadi yang melibatkan 2 orang atau lebih yang memiliki kedekatan emosional yang lebih daripada pertemanan biasa.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa dalam hubungan antar pribadi biasanya melalui tahap-tahap. Dalam persahabatanpun juga demikian, kita akan mempelajari tahapan yang terjadi sebelum kita menjalin hubungan persahabatan. Kita akan mempersempit tahap dalam pembentukan hubungan antar pribadi menjadi 3 bagian menurut Rakhmat (2004:125-129), yaitu:
1. Pembentukan hubungan antar pribadi
Diawali dengan perkenalan (acquaintance process). Pada tahap ini, orang akan memulai dengan fase kontak yang permulaan (initial contact phase). Ditandai oleh usaha dari kedua belah pihak untuk ”menangkap” reaksi dari kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali identitas, sikap, dan nilai pihak lain. Ketika kita merasa ada kesamaan, kita akan mulai mengungkapkan diri. Dalam tahap ini, kita baru mempertukarkan informasi mengenai data demografi, yaitu: usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga, dan sebagainya.
2. Peneguhan hubungan antar pribadi
Hubungan antar pribadi tidak bersifat statis, tetapi selalu berubah. Ada beberapa faktor yang penting dalam memelihara hubungan ini, yaitu: keakraban, kontrol, respons yang tepat, dan nada emosional yang tepat. Pada tahap ini, kita akan memutuskan kelanjutan hubungan yang kita lakukan, yaitu menjalin persahabatan atau tidak.
3. Pemutusan hubungan antar pribadi
Kita tidak akan membahas mengenai pemutusan dalam hubungan antar pribadi, karena disini kita lebih menekankan pada persahabatan.

Bartens (Muhammad, 2001) menjelaskan, etika berasal dari bahasa Yunani Kuno, ethos yang dalam betuk tunggal berarti adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik. Etika merupakan cabang dari filsafat.
Etika mencari kebenaran dan sebagai cabang dari filsafat, ia mencari keterangan (kebenaran) yang sedalam-dalamnya. Sebagian tugas tertentu bagi etika, ia mencari ukuran baik buruknya bagi tingkah laku manusia. Etika hendak mencari tindakan manusia yang baik (Simorangkur, 1978).
Etika menghimbau orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas, tetapi bukan karena tindakan itu diperintah oleh moralitas, melainkan ia sendiri tahu bahwa hal itu memang baik baginya. Ia sendiri sadar secara kritis dan rasional bahwa ia memang sudah sepantasnya bertindak seperti itu (Keraf, 1991).
Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika itu dilanggar, timbullah kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral (Muhammad, 2001).
Dihubungkan dengan etika profesi komunikasi, etika dimulai dengan mempelajari etika komunikasi antar pribadi. Etika pada dasarnya selalu berhubungan dengan konsep pilihan, yaitu:
1. Individu mempunyai hak untuk membuat pilihan mereka sendiri.
Dimana di setiap pilihan tersebut mengandung konsekuensi, maka ada benar-salah dalam setiap tindak komunikasi (DeVito, 1997:29). Oleh karena itulah kita memiliki hak untuk menentukan pilihan kita sendiri, apakah seseorang akan kita jadikan sahabat atau tidak. Kita juga memiliki kebebasan untuk menentukan kriteria-kriteria orang yang bisa menjadi sahabat kita.
2. Komunikasi antar persona adalah etis.
Selama diterapkan untuk mendukung kebebasan individu dengan memberi dasar-dasar pilihan yang akurat kepada orang lain.
3. Komunikasi akan menjadi tidak etis.
Apabila ada yang mencampuri kebebasan kita untuk memilih dan mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Di dalam persahabatan, kita tidak boleh melakukan kebohongan atau penyembunyian kebenaran informasi mengenai suatu hal, karena hal ini menunjukkan tidak etis.
Persahabatan merupakan hubungan antar pribadi yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan hampir semua orang pernah atau masih menjalaninya. Di dalam persahabatan, kita harus mengembangkan suatu sikap percaya (trust). Menurut Griffin (Rakhmat, 2004:129), percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang lain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dalam situasi yang penuh resiko.

Menurut Griffin dan Barnes, etika kepercayaan dalam komunikasi antar personal yaitu menawarkan suatu etika kepercayaan antara personal yang mendasarkan pada pandangan khusus sifat manusia. Bahwa manusia pada dasarnya baik, dengan adanya batas realistis dan keadaan mendesak, seringkali membatasi potensi manusia untuk menjadi ideal.
Ada 3 pedoman etika untuk memupuk kepercayaan komunikasi antar pribadi di dalam hubungan persahabatan, yaitu:
1. Berusaha aktif memperluas kepercayaan terhadap sesuatu yang terjadi di sekeliling kita, meskipun pada sebagian orang hal ini membutuhkan waktu yang lama.
2. Kepercayaan terhadap orang lain haruslah bersifat sementara, dilakukan sedikit demi sedikit dengan memberikan penjelasan mengenai “apa yang kita khawatirkan”, “apa yang kita harapkan dari teman kita”, serta “apa yang ingin kita capai”.
3. Kepercayaan tidak hanya diberikan tetapi juga diperoleh. Ketika kita menjalin hubungan persahabatan, kita akan mengharapkan adanya kepercayaan dari sahabat kita dan juga akan memberikan kepercayaan padanya.
Selain kepercayaan, kita juga perlu mengembangkan rasa tanggung jawab dalam membina hubungan (relasi) dengan individu lain. Sehingga dapat terjalin hubungan persahabatan yang baik. Menurut William K. Rawlins, persahabatan yang aktif dapat berkembang bilamana partisipan mampu mengakui batasan dalam komunikasi mereka dan saling menghargai keterpisahan satu sama lain. Menurutnya, mengungkapkan pemikiran dan perasaan pribadi serta berbicara bebas dalam suatu hubungan adalah hak, bukan kewajiban.
Kita berhak untuk mengungkapkan sebagian atau seluruh bagian dari diri kita kepada sahabat kita. Tidak seorangpun yang boleh memaksa kita untuk memberikan informasi yang memang tidak ingin kita beritahukan, Jadi, sahabat kita harus menghargai apabila kita tidak mau memberitahukan hal-hal yang ingin dia ketahui, tetapi kita tidak mau menceritakannya.
Persahabatan yang baik dapat tercipta apabila kita mau melaksanakan etika tanggung jawab dalam komunikasi antar pribadi. Rawlins memfokuskan etika tanggung jawab pada 4 topik, yaitu:
1. Keterbukaan
Keterbukaan di sini bukan berarti tanpa batas, tetapi masih ada kebebasan terbuka tanpa ada paksaan. Hubungan persahabatan akan lebih baik jika kita sama-sama terbuka, sehingga salah satu pihak tidak merasa dibebani dengan keterbukaan dari pihak lain.
2. Privasi
Hal ini juga sangat penting dalam hubungan persahabatan, karena setiap individu memiliki hak privasi, dimana orang lain tidak boleh mengetahuinya. Privasi biasanya melindungi perilaku yang secara moral dinilai netral atau positif.
3. Perlindungan
Diantara partisipan yang terlibat dalam hubungan persahabatan sangat penting adanya perasaan saling melindungi diantara partisipan.
4. Muslihat
Seringkali dalam persahabatan kita tidak bisa terlalu berterus terang pada sahabat kita tentang hal-hal tertentu yang akan menyebabkan kurangnya kepercayaan dari sahabat kita akan perlindungan tersebut.

Sumber :
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/psikologi-sosial/etika-kepercayaan-dan-tanggung-jawab-dalam-hubungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar